Thursday, 22 January 2015

Biografi Muhammad Bin Abdul Wahhab


Muhammad Bin Abdul Wahhab
  1. Biografi
Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab dilahirkan di Nejed, tahun 1703 Masehi. Syekh Abdul Wahab tergolong Banu Siman, dari Tamim. Pendidikannya dimulai di Madinah yakni berguru pada ustadz Sulaiman al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pendiri kelompok Wahabi yang mazhab fikihnya dijadikan mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia, hingga saat ini
  1. Pemikiran
Dasar Pemikiran dan Pergerakan Wahhabiyyah
Pemikiran Wahabbiyah pada hakikatnya adalah kelanjutan dari mazhab Salafiyyah yang dipelopori oleh Ahmad Ibnu Taimiyah. Mereka tidak membawa pemikiran baru tentang aqidah, mereka hanya mengamalkan apa yang telah dikemukakan Ibu Taimiyah dalam bentuk yang lebih keras, dibandingkan dengan apa yang telah diamalkan Ibu Taimiyyah sendiri. Mereka menertibkan berbagai hal yang bersifat amaliah yang tidak pernah disinggung oleh Ibnu Taimiyyah, karena hal itu tidak begitu terkenal pada zamannya.
Pada dasarnya aqidah yang menjadi landasan gerakan Wahhabi ini adalah dua hal.
Pertama, terfokus kepada masalah tauhid yang murni dalam segala aspeknya. Kedua, memerangi dan menghilangkan bid’ah.
  1. Muhammad bin Abdul Wahhab juga berpendapat bahwa ziarah terhadap kuburan para wali termasuk syirik, dan ber-tawasul kepada mereka akan mengakibatkan rusaknya kemurnian aqidah. Demikian juga halnya dengan ziarah kubur dengan meletakkan makanan dengan keyakinan bahwa ahli kubur dapat memberikan kebaikan atau menolak petaka. Kebiasaan seperti itu banyak ditemui Abdul Wahhab pada masyarakat Yamamah (sekarang Riyadh), yang berkeyakinan adanya pohon kurma yang dapat menunjukkan jodoh kepada wanita atau laki-laki yang terlambat menikah. Abdul Wahhab juga menyaksikan masyarakat yang menziarahi dan meminta berkah kepada sebuah gua yang diyakini memiliki kekuatan ghaib.
  2. Usaha pemurnian yang dilakukan Wahhabi adalah pemberantasan bid’ah, misalnya perayaan Maulid, keluarnya kaum wanita ikut mengiringi jenazah, perayaan-perayaan spiritual, haul untuk memperingati kematian wali, acara-acara yang lazim dilakukan para pengikut aliran sufi untuk mengenang kematian guru atau nenk moyang mereka. Di samping itu, Wahhabi juga menganggap bid’ah beberapa kebiasaan seperti, merokok, berlebihan minum kopi, laki-laki yang memakai kain sutera, mencukur jenggot, dan memakai perhiasan emas.

  1. Karya
Berikut sebagian karya tulis beliau yang tersebar di masyarakat dan menjadi referensi umat dalam mengkaji ajaran islam :
a. Kitabut Tauhid
b. Ushulul Iman
c. Kasyfusy Syubhat
d. Tsalatsatul Ushul
e. Mufidul Mustafid fi Kufri Tarikit Tauhid
f. Mukhtashar Fathul Bari
g. Mukhtashar Zadul Ma’ad
h. Masa’il Jahiliyyah
i. Fadhailush Shalah
j. Kitabul Istimbath
k. Risalah Ar-Radd ‘ala Ar-Rafidhah
l. Majmu’atul Hadits, dll.

  1. Kondisi masyarakat
“Telah benar-benar muncul Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi, sang pembaharu dan mujtahid, pada waktu di mana penduduknya lebih buruk daripada kondisi kaum Musyrikin dan ahli-kitab pada masa terutusnya Nabi , berupa syirik, banyaknya khurafat, bid’ah, kesesatan dan kebodohan yang meraja lela. Maka ia mengajak untuk menyembah Allah semata, dan kembali ke pokok Islam, sehingga ia mengembalikan tumbuhnya Islam seperti semula.”

Kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sebelum munculnya Muhammad bin Abdul Wahhabi an-Najdi, kondisi masyarakat Jazirah Arab lebih buruk daripada kondisi kaum Musyrik dan ahli-kitab pada masa terutusnya Nabi saw.
2. Agama Islam telah mati, di Jazirah Arab (apalagi di luar Jazirah Arab), dengan banyaknya syirik, khurafat, bid’ah, kesesatan dan kebodohan yang merajalela.
3. Menurut Wahabi, berarti seluruh bangsa Arab telah kafir, menjelang lahirnya gerakan Wahabi.
4. Pendiri Wahabi, menghidupkan kembali ajaran Islam yang telah mati.

Disusun oleh: Siswa Man Lamongan Tahun ajaran 2014/2015


0 comments:

Post a Comment