Jamaluddin al-Afghani |
1.
Biografi
Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin
al-Afghani, al-Sayid Muhammad bin Saftar adalah tokoh yang terkemuka, yang
menjadi sentral umat Islam pada abad ke XIX. Keluarganya keturunan Husain bin Ali
bin Abi Thalib,ia adalah anak dari sayyid Safder, memiliki hubungan darah
dengan seorang perawi hadist tekenal Ali at-Tirmidzi (Imam at-Tirmidzi).
Jamaluddin al-Afghani dilahirkan di Asad Abad dekat dengan suatu distrik di
Kabul Afghanistan (iran) pada tahun 1839 M. Pendidikannya sejak kecil sudah
diajarkan mengaji al-Qur’an dari ayahnya sendiri, Sejak umurnya 12 tahun ia
telah hafal al-Qur`an, kemudian saat usianya menginjak 18 tahun ia sudah
mendalami berbagai bidang ilmu keislaman dan ilmu umum(belajar bahasa Arab dan
sejarah, serta mengkaji ilmu syari’at seperti tafsir, hadits, fiqih, usul fiqh
dan lain-lain), Al-Afghani dikenal sebagai orang yang menghabiskan hidupnya
hanya demi kemajuan islam.Kemudian beliau meninggal dunia di Istambul tahun 1897.
Ketika berusia 22 tahun, ia telah menjadi pembantu bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi perdana menteri. Dalam pada itu Inggris telah mulai mencampuri soal politik negeri Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi, Afghanistan memihak pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah dan Afghanistan meninggalkan tanah tempat kelahirannya dan pergi ke India tahun 1869.
Di India ia juga merasa tidak bebas bergerak, karena negara ini telah jatuh di bawah kekuasaan Inggris, oleh karena itu ia pindah ke Mesir pada tahun 1871.
Kondisi
masyarakat pada tokoh Jamaluddin al-Afghani
1.
Umat Islam telah
meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya mengikuti ajaran yang datang dari
luar lagi asing bagi Islam.
2.
Perpecahan yang terdapat
di kalangan umat Islam
3.
pemerintahan absolut(mempercayakan
pimpinan umat kepada orang-orang yang tidak dapat dipercaya,mengabaikan masalah
pertahanan militer,menyerahkan administrasi negara kepada orang-orang tidak
kompeten dan intervensi asing (bersifat politis)).
4.
Lemahnya rasa
persaudaraan Islam
2.
Pemikiran-pemikiran
PEMIKIRAN
JAMALUDDIN AL-AFGHANI
A.
Ide dan Pemikiran Pembaharuan Islam
di Abad Modern
Pemikiran Pembaharuan Al-Afghani ini didasari atas keyakinan bahwa islam
adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa, jaman dan keadaan. Dalam
pandangannya islam tidak pernah menganjurkan apalagi memerintahkan untuk statis
dan mundur. Sebaiknya, islam terus mendorong untuk selalu maju.
Al-Afghani melihat kemunduran umat islam pada masa itu disebabkan oleh
beberapa factor yaitu:
1.
Umat islam dipengaruhi sifat statis,
meninggalkan akhlak tinggi dan melupakan ilmu pengetahuan.
2.
Adanya paham jabariyah, yaitu
tentang qada dan qadar, sehingga mereka tidak mau berusaha.
3.
Ada sebuah hadits yang mengatakan
bahwa umat islam akan mengalami kemunduran di akhir zaman.
4.
Persaudaraan umat islam sangat
lemah.
5.
Perpecahan dikalangan umat islam.
B.
Pemikiran Politik Islam Jamaluddin
Al-Afghani
Pada waktu itu di India
terjadi pengotakan dramatis antara pembaharu Muslim yang pro-Inggris dan Muslim
yang anti-Inggris. Afghani bersekutu dengan kelompok Muslim tradisionalis untuk
menghadapi kelompok Muslim pro-Inggris. Ia menyadari bahwa kebangkitan dan
solidaritas Islam bisa menjadi senjata untuk melawan Pemerintahan Inggris di
bumi Muslim. Ia mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris.
Hasilnya pada tahun 1857 muncul kesadaran baru di kalangan pribumi India untuk
melawan penjajah.
Di Kairo ia disambut gembira, baik oleh penguasa maupun oleh ilmuan.
Melihat campur tangan Inggris di Mesir, dan tidak inginnya Inggris melihat
Islam bersatu dan kuat, Afghani akhirnya kembali lagi ke politik. Sebagai
langkah taktis atau intrik politik, Afghani bergabung dengan perkumpulan Free
Masonry, suatu organisasi yang disokong oleh kelompok anti zionis. Dari sini,
tahun 1897 terbentuk partai politik bernama Hizb al-Wathani (Partai
Kebangsaan). Slogan partai ini: “Mesir untuk Bangsa Mesir”. Partai ini antara
lain menanamkan kesadaran berbangsa, memperjuangkan pendidikan universal,
kemerdekaanpers, memperjuangkan unsur-unsur Mesir masuk dalam angkatan
bersenjata.
Dengan berdirinya partai ini Afghani merasa mendapat sokongan untuk
berusahan menggulingkan raja Mesir yang berkuasa waktu itu, yakni Khadewi
Ismail yang pemboros, untuk digantikan dengan putera mahkota Taufiq. Taufiq
berjanji akan mengadakan pembaharuan-pembaharuan sebagaimana yang dituntut Hizb
al-Wathani. Tetapi karena kegiatan politik dan agitasinya yang tajam terhadap
campur tangan Inggris dalam negeri Mesir, maka Taufiq atas tekanan Inggris
justru mengusir Afghani keluar dari Mesir pata tahun 1879.
Dari mesir Afghani dibawa ke India, ditahan di Haiderabad dan Kalkuta, dan
baru dibebaskan setelah pemberontakan Urabi Pasha di Mesir tahun 1882 berhasil
ditumpas. Pada tahun 1883, Afghani berada di London kemudian pindah ke Paris
dan menerbitkan majalah berkala dalam bahasa Arab Al-Urwah al-Wutqa bersama
muridnya Muhammad Abduh yang juga diusir dari Mesir karena dituduh terlibat
dalam pemberontakan Urabi Pasha yang gagal itu. Afghani mengembangkan polemik
anti Inggrisnya. Ia mulai mengemukakan argumen yang memperkuat pandangannya
bahwa persatuan antar negara Islam dapat membendung serbuan pihak asing. Karena
peredarannya dihalangi oleh penguasa kolonial, majalah berkala ini hanya
berumur 8 bulan setelah terbit sebanyak 18 nomor. Nomor pertama terbit 13 Maret
1884 dan yang terakhir 17 Oktober tahun yang sama.
C.
Pemikiran Afghani: Revivalis dan
Modernis
Semua usahanya dicurahkan untuk menerbitkan makalah-makalah politik yang
membangkitkan semangat, khususnya yang termuat dalam majalah Al-Urwah
al-Wutsqa. Ia telah membangkitkan gerakan yang berskala nasional dan gerakan
jamaah Islam. Afghani mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni
aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya,
umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang
dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf
(pendahulu) yang saleh.
Sebenarnya Afghani bukanlah pemikir
Islam yang pertama yang mempelopori aliran salafiyah (revivalis). Ibnu Taymiyah
telah mengajarkan teori yang serupa, begitu pula Syeikh Mohammd Abdul Wahab
pada abad ke-18. Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari tiga
komponen utama, yakni; Pertama, keyakinan bahwa kebangunan dan kejayaan kembali
Islam hanya mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang
masih murni, dan meneladani pola hidup para sahabat Nabi, khususnya Al-Khulafa
al-Rasyidin. Kedua, perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, baik
politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ketiga, pengakuan terhadap keunggulan barat
dalam bidang ilmu dan teknologi, dan karenanya umat Islam harus belajar dari
barat dalam dua bidang tersebut, yang pada hakikatnya hanya mengambil kembali
apa yang dahulu disumbangkan oleh dunia Islam kepada Barat, dan kemudian secara
selektif dan kritis memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat itu untuk kejayaan
kembali dunia Islam.
Reformasi atau pembaharuan dalam bidang politik yang hendak diperjuangkan
oleh salafiyah (baru) di negara-negara Islam adalah pelaksanaan ajaran Islam
tentang musyawarah melaui dewan-dewan konstitusi dan badan-badan perwakilan
(rakyat), pembatasan terhadap kekuasaan dan kewenangan pemerintah dengan
konstitusi dan undang-undang, serta pengerahan kekuatan dan potensi rakyat
untuk mendukung reformasi politik an sekaligus untuk membebaskan dunia Islam
dari penjajahan an dominasi Barat.
Waktu tinggal di Mesir, sejak awal Afghani menganjurkan pembentukan
“pemerintaha rakyat” melalui partisipasi rakyat Mesir dalam pemerintahan
konstitusional yang sejati. Ketika penguasa Mesir, Khedewi Taufiq bermaksud
menarik kembali janjinya untuk membentuk dewan perwakilan rakyat berdasarkan
alasan bahwa rakyat masih bodoh dan buta politik, Afghani menulis surat kepada
Khedewi yang isinya menyatakan bahwa memang benar di antara rakyat Mesir,
seperti halnya rakyat dinegeri-negeri lain, banyak yang masih bodoh, teapi itu
tidak berarti bahwa di antara mereka tidak terdapat orang-orang pandai dan
berotak.
D.
Inspirator dan Motivator Gerakan
Reformasi Islam
Jika kita berbicara tentang lahirnya gerakan-gerakan modern dalam Islam,
sudah pasti nama Jamaluddin al-Afghani harus ditempatkan pada posisi yang strategis
dalam gerakan-gerakan itu. Karena Al-Afghani merupakan tokoh yang penting,
bahkan yang paling penting, yang mencetuskan ide dan gerakan modern dalam
Islam. Dialah figur aktivis-revivalis Muslim yang memainkan peranan sangat
penting dan strategis dalam panggung percaturan sejarah Islam pada abad
kesembilan belas. Tampilnya Al-Aghani dengan sosok personalitas, aktivitas
gerakan dan intensitas perjuangannya yang penuh dengan dinamika memberikan
inspirasi dan motivasi munculnya gerakan reformasi Islam dan
perlawanan-perlawanan umat Islam terhadap imperialisme Barat pada abad
kesembilan belas. .
Secara geografi, karier al-Afghani melintasi Iran, India, Mesir, Turki, dan
Eropa Barat. Melalui pidato dan tulisan-tulisannya al-Afghani menyerukan
perlunya kebangkitan kembali umat Islam baik dalam pemikiran, karya dan
tindakan. Himbauan, pesan dan seruannya berkumandang secara luas dan memikat
para pendengar dan pengikutnya. Pesan dan seruannnya memiliki dampak dan
pengaruh yang kuat atas jalannya percaturan peristiwa di dunia Arab, Persia,
Turki, India, dan kawasan Timur Tengah pada umumnya.
3.
Peranannya
dalam politik
1. Bidang politik
Jamaluddin al-Afghani oleh penulis Barat dikatakan
sebagai pelopor “Pan Islamisme” yang mengajarkan bahwa semua umat Islam harus
bersatu di bawah pimpinan seorang khalifah untuk membebaskan mereka dari
penjajahan Barat. Yakni sebagai jaminan keemasan Islam dahulu sebelum Islam
menjadi lemah karena perpecahan yang tak putusnya dan tanah air Islam menjadi
terjerumus kebodohan dan kelemahan, hingga jatuh menjadi mangsa kekuasaan
Barat.
Muhammad Ibnu Abdul Wahab dalam perjuangannya menuju
kepada perbaikan aqidah. Maka jalan yang ditempuh oleh Jamaluddin al-Afghani
ialah :
a) Perbaikan jiwa dan cara
berpikir.
b) Perbaikan pemerintah /
negara, kemudian keduanya berhubungan mempunyai jalinan dengan ajaran agama.
Semua aspek gerakan Jamaluddin al-Afghani yang menjadi
sasaran utama ialah membebaskan negara Islam dari penjajahan dan untuk menuju
itu umat Islam harus membebaskan diri dari pola-pola pikiran yang beku. Untuk
mencairkan ini menurut Jamaluddin al-Afghani, orang-orang Islam harus mempunyai
kepandaian teknis dalam rangka kemajuan barat, wajib belajar secara rahasia
kelemahan orang Eropa.
4.
Karya-karya
Beberapa buku yang ditulis oleh Afghani antara lain ; Tatimmat al-bayan
(Cairo, 1879). Buku sejarah politik, sosial dan budaya Afghanistan. Hakikati
Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan. Pertama kali diterbitkan di
Haydarabad-Deccan, 1298 H/1881 M, ini adalah karya intelektual Afghani paling
utama yang diterbitkan selama hidupnya. Merupakan
suatu kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme. Buku ini telah
diterjemahkan ke dalam Arab oleh Muhammad Abduh dengan judul Al-Radd 'ala
al-dahriyyin (Bantahan terhadap Materialisme). Al-Ta'Liqat 'ala sharh
al-Dawwani li'l-'aqa'id al-'adudiyyah (Cairo, 1968). Berupa catatan Afghani
atas komentar Dawwani terhadap buku kalam yang terkenal dari] Adud al-Din
al-'Iji yang berjudul al-‘aqa’id al-‘adudiyyah. Berikutnya Risalat al-waridat
fi sirr al-tajalliyat (Cairo, 1968). Suatu tulisan yang didiktekan oleh Afghani
kepada siswanya Muhammad 'Abduh ketika ia di Mesir. Khatirat Jamal al-Din
al-Afghani al-Husayni (Beirut, 1931). Suatu buku hasil kompilasi oleh Muhammad
Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon. Mahzumi hadir dalam kebanyakan forum
pembicaraan Afghani pada bagian akhir dari hidupnya Buku berisi informasi yang
penting tentang gagasan dan hidup Afghani.
Disusun oleh: Siswa Man Lamongan Tahun ajaran 2014/2015
izin copy buat tugas ya.trimakasih
ReplyDeleteizin copy, untuk tugas. terima kasih
ReplyDeleteIzin copy untuk tugas. trims
ReplyDelete