Thursday, 22 January 2015

BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL

MUHAMMAD IQBAL
1.    BIOGRAFI
Seorang penyair dan filsuf muslim terkemuka awal abad 20 M, pengilham berdirinya negeri Pakistan.
     Ia lahir di Sailkot Punjab, bulan Dzulhijjah 1289 H / tanggal 22 Februari 1873 M. Ayahnya Nur Muhammad, ia dikenal sebagai seorang ulama, dan kakeknya berasal dari Lembah Kasmir. Ayahnya memasukan Iqbal ke Scotch Mission College di Sialkot, belajar pada Maulawi Mir Hasan, seorang ulama militan, yang ahli dalam bahasa Persia dab Arab, yang juga teman ayahnya.

     Pada tahun 1895, ia melanjutkan studi ke Lahore, dan belajar disana sampai mendapat gelar MA dalam bidang filsafat. Di kota ini ia bergabung dengan perhimpunan sastrawan. Iqbal mulai dikenal oleh kalangan sastrawan ketika mendeklamasikan sajaknya tentang Himalaya, semangat patriotisme sangat tampak, dan mendapat sambutan yang luar biasa. Nama Iqbal sebagai penyair semakin melejit setelah sajak-sajaknya dimuat dalam majalah Maehan (majalah berbahasa Urdu).
      Di Lahore ini ia berkenalan dengan Sir Thomas Arnold, seorang orientalis Inggris yang mengajar filsafat Islam di Governement College, yang mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi ke Inggris. Pada tahun 1905 pergi ke Inggris dan masuk ke Fakultas Hukum Universitas Cambridge, hingga memperoleh gelar kesarjanaan. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich untuk mempelajari filsafat, dan disinilah ia memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 dalam bidang tasauf, dengan disertasi The Development of Metaphysics In Persia(Perkembangan Metafisika di Persia) dengan nilai yang sangat memuaskan. Setelah itu ia kemudian ke London lagi, untuk belajar dibidang ke-advokat-an sambil mengajar bahasa dan Kesusastraan Arab di Universitas London. Tidak lama dari London kemudian ia kembali ke tanah airnya (ke kota Lahore) pada tahun itu juga (1908).
     Di Lahore ia bekerja sebagai pengacara dan dosen filsafat. Kemudian memasuki bidang politik, dan pada tahun 1930 dipilih menjadi presiden Liga Muslimin.
     Dalam perundingan di London ia ikut dua kali ambil bagian. Ia juga menghadiri Konfrensi Islam yang diadakan di Yerusalem. Tahun 1933 diundang ke Afghanistan untuk membicarakan Universitas Kabul.
    Iqbal meninggal pada 21 April 1938 M setelah menderita sakit yang cukup parah. Ia  meninggalkan  21 karya tulis.

2.    KONDISI MASYARAKAT
Kondisi masyarakat india dalam ketidak mampuan memahami al-quran disebabkan tidak mamahami bahasa arab dan telah salah mengimpor ide-ide india (hindu) dan yunani kedalam islam dan alquran. Muhammad Iqbal begitu terobsesi untuk menjadikan umat islam untuk lebih progresif dan dinamis dari keadaan statis dan stagnan (tidak bergerak) dalam menjalani kehidupan duniawi. Karena berdasarkan pengalaman, agama yahudi dan Kristen telah gagal menuntun umat manusia menjalani kehidupan. Kegagalan yahudi disebabkan terlalu mementingkan legalitas kehidupan duniawi. Sedangkan kegagalan Kristen adalah dalam memberikan nilai-nilai dalam memberikan pemeliharaan Negara. Undang-undang dan organisasi disebabkan terlalu mementingkan segi ibadah ritual. Dalam kegagalan kedua agama  tersebut menurut Muhammad Iqbal alquran berada di tengah-tengah dan sama-sama mengajarkan keseimbangan kedua kehidupan tersebut tanpa membeda-bedakannya. Baginya antara politik pemerintahan dan agama tidak ada pemisahan sama sekali inilah yang dikembangkannya dalam merumuskan ide berdirinya Negara Pakistan yang memisahkan dari india yang mayoritas hindu.

3.    PEMIKIRAN

4.    PEMIKIRAN – PEMIKIRAN IQBAL
1.       Pemikiran Politik
Sepulangnya dari Eropa, Iqbal kemudian terjun kedunia politik dan bahkan menjadi tulang punggung Partai Liga Muslim India. Ia terpilih menjadi anggota legistalif Punjab dan pada tahun 1930 terpilih sebagai Presiden Liga Muslim. Karir Iqbal semakin bersinar dan namanya pun semakin harum ketika dirinya diberi gelar ‘Sir’ oleh pemerintah kerajaan Inggris di London atas usulan seorang wartawan Inggris yang aktif mengamati sepak terjang Iqbal[12] di bidang intelektual dan politiknya. Ia juga dinobatkan sebagai Bapak Pakistan yang pada setiap tahunnya dirayakan oleh rakyat Pakistan dengan sebutan Iqbal Day.[13]
Pemikiran dan aktivitas Iqbal untuk mewujudkan Negara Islam ia tunjukkan sejak terpilih menjadi Presidaen Liga Muslimin tahun 1930. Ia memandang bahwa tidaklah mungkin umat Islam dapat bersatu dengan penuh persaudaraan dengan warga India yang memiliki keyakinan berbeda. Oleh karenanya ia berfikir bahwa kaum muslimin harus membentuk Negara sendiri
. Bagi Iqbal, budaya Barat adalah budaya imperialisme, materialisme, anti spiritual dan jauh dari norma insani. Karenanya ia sangat menentang pengaruh buruk budaya Barat. Dia yakin bahwa faktor terpenting bagi reformasi dalam diri manusia adalah jati dirinya. Umat Islam tidak boleh merasa rendah diri menghadapi budaya Barat. Dengan cara itu kaum muslimin dapat melepaskan diri dari belenggu imperialis.
Paham Iqbal yang mampu mambangunkan kaum muslimin dari tidurnya adalah “dinamisme Islam” yaitu dorongannya terhadap umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Intisari hidup adalah gerak, sedang hukum hidup adalah menciptakan, maka Iqbal menyeeru kepada umat Islam agar bangun dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia menghargai gerak, sehingga ia menyebut bahwa seolah-lah orang kafir yang aktif kreatif "lebih baik" dari pada muslim yang "suka tidur".[18]
Iqbal juga memiliki pandangan politik yang khas yaitu; gigih menentang nasionalisme yang mengedepankan sentiment etnis dan kesukuan (ras). Bagi dia, kepribadian manusia akan tumbuh dewasa dan matang di lingkungan yang bebas dan jauh dari sentiment nasionalisme.

2.       Pemikirannya Tentang Landasan Islam
a.        Pemikiran Tentang Al-Qur’an
Sebagai seorang yang terdidik dalam keluarga yang kuat memegang prinsip Islam, Iqbal meyakini bahwa Al-Qur’an adalah benar firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Qur’an adalah sumber hukum utama dengan pernyataannya “The Qur’an Is a book which emphazhise  deed rather than idea (Al-Qur’an adalah kitab yang lebih mengutamakan amal daripada cita-cita). Tujuan utama al-Qur’an adalah membangkitkan kesadaran manusia yang lebih tinggi dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta, Al-Qur’an tidak memuatnya secara detail maka manusialah yang ditutntut untuk mengembangkannya. Dalam istilah fiqih hal ini disebut ijtihad. Ijtihad dalam pandangan Iqbal sebagai prinsif gerak dalam struktur Islam. Disamping itu Al-Qur’an memandang bahwa kehidupan adalah satu proses cipta yang kreatif dan progresif. Oleh karenanya, walaupun Al-Qur’an tidak melarang untuk memperimbangkan karya besar ulama terdahulu, namun masyarakat harus berani mencari rumusan baru secara kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Satu segi mengenai al-Qur'an yang patut dicatat adalah bahwa ia sangat menekankan pada aspek Hakikat yang bisa diamati. Tujuan al-Qur'an dalam pengamatan reflektif atas alam ini adalah untuk membangkitkan kesadaran pada manusia tentang alam yang dipandang sebagai sebuah symbol.[21] Iqbal menyatakan hal ini seraya menyitir beberapa ayat, diantaranya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui. (Qs. 30:22)

b.      Perspektif Tentang Al-Hadits
Iqbal memandang bahwa umat Islam perlu melakukan studi mendalam terhadap literatur hadist dengan berpedoman langsung kepada Nabi sendiri selaku orang yang mempunyai otoritas untuk menafsirkan wahyunya. Hal ini sangat besar faedahnya dalam memahami nilai-nilai hidup dari prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana yang dikemukakan al-Qur’an.

c.        Perspektif Tentang Ijtihad
Menurut Iqbal ijtihad adalah “Exert with view to form an independent judgment on legal question” (bersungguh-sungguh dalam membentuk suatu keputusan yang bebas untuk menjawab permasalahan hukum). Kalau dipandang baik hadits maupun Al-Qur’an memang ada rekomendasi tentang ijtihad tersebut. Iqbal membagi ijtihad kedalam tiga tingkatan yaitu[22]
1)      Otoritas penuh dalam menentukan perundang-undangan yang secara praktis hanya terbatas pada pendiri mazhab-mazhab saja.
2)      Otoritas relative yang hanya dilakukan dalam batas-batas tertentu dari satu madzhab
3)      Otoritas khusus yang berhubungan dengan penetapan hukum dalam kasus-kasus tertentu, dengan tidak terkait pada ketentuan-ketentuan pendiri madzhab.
Iqbal menggaris bawahi pada derajat yang pertama saja. Menurut Iqbal, kemungkinan derajat ijtihad ini memang disepakati diterima oleh ulama ahl-al-sunnah tetapi dalam kenyataannya dipungkiri sendiri sejak berdirinya mazhab-mazhab

5.    PERANAN POLITIK
Pada tahun 1927, Iqbal berkiprah di arena politik secara aktif dan Ia dipilih sebagai perwakilan Dewan Punjab selama tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1930 diangkat menjadi presiden Sidang Tahunan Liga Muslim yang berlangsung di Allahabad. Dalam kesempatan ini Iqbal mengutarakan ide pembentukan sebuah negara Islam Pakistan. Ide ini dibentangkan berdasarkan geografi, keagamaan dan kesejahteraan masyarakat Islam yang jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan masyarakat Hindu.
     Tujuan membentuk negara islam itu ditegaskan oleh Iqbal dalam rapat Liga Muslim pada tahun 1930 yang mendapat dukungan dari para anggotanya. Sejak saat itu ide dan tujuan pembetukan negara islam tersebut diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India. Disebabkan gagasan ide ini, Iqbal telah diberi julukan sebagai : ‘Bapak Pakistan’.
     Daerah-daerah yang diinginkan oleh Iqbal menjadi satu negara Islam India adalah Punjab, daerah perbatasan Utara Sind dan Balukhistan.
Di samping menyuarakan pembentukan negara Islam Pakistan, Iqbal juga menyeru kepada kebangkitan dan mempererat persaudaraan Islam sedunia. Bagaimanapun sebagai seorang yang dilahirkan di Timur, Iqbal tetap mempertahankan dan menyanjung kebudayaan dan keperibadian Timur yang halus, tinggi dan indah. Tentunya termasuk dalam arti kata Timur itu ialah hasil budaya masyarakat benua kecil India.
     Terbentuknya negara islam Pakistan sebagaimana yang diasaskan Muhammad Iqbal dapat tercapai pada tahun 1947 setelah beliau meninggal dunia.

6.    KARYA
1.    Ilm Al Iqtisad (1903)
2.    The Development Of Metaphysics In Persia: A Contribution to The History of Muslim Philosophy (Perkembangan Metafisika di Persia), yang merupakan thesis doktoral di Universitas Munich Jerman.(1908)
3.       Islam as a Moral and Political Ideal (1909)
4.    Secret Of The Self atau Asrar-I Khudi (Rahasia Pribadi) (1915)
5.    Rumuz-I Bekhudi (Rahasia Peniadaan Diri) (1918)
6.      Payam-I Masyriq (Pesan dari Timur) (1923)
7.     Bang-I Dara (Seruan dari Perjalanan) (1924)
8.     Self In The Light of Relativity Speeches and Statements of Iqbal(1925)
9.       The Recontruction Of Religius Thought In Islam, (1923), merupakan hasil ceramah-ceramah yang diberikan dibeberapa universitas di India.
10.                          Letters of Iqbal to Jinnah (1934)
11.                           Bal-I Jibril (sayap jibril) (1935)
12.                          Pas Chih Bayad Kard Aqwam-I Sharq, (1936)
13.                         Matsnawi Musafir (1936)
14.                         Zarb -I Kalim (tongkat / pukulan nabi Musa) (1936)
15.                          Armughan -I Hejaz (hadiah dari Hejaz) (1938)


Disusun oleh: Siswa Man Lamongan Tahun ajaran 2014/2015

0 comments:

Post a Comment